Minggu, 30 November 2014

EVALUASI PERFORMA KREATIVITAS KELOMPOK 4

SASTRI DALILA 10-002
DHITA SUNDARY.D 10-009
KURNIA BOBY SAFAROV HASIBUAN 12-054
AKHLAK KHAZIMI HARAHAP 12-103
REZA AL-FARIDZ 13-113




Matakuliah kreativitas, yang ada di fakultas Psikologi USU memiliki berbagai macam cara yang dilakukan oleh dosen pengampu matakuliah ini, untuk membuat mahasiswa memahami masalah keterbakatan dan kreativitas, bagaimana dapat menjadi pribadi yang lebih kreatif atau dapat membantu orang lain untuk berfikir, bersikap, dan berprilaku kreatif. Salah satu tekhnik yang dilakukan dosen pengampu mata kuliah Kreativitas dalam mencapai tujuan matakuliah ini adalah dengan memberikan tugas-tugas, baik tugas individu maupun kelompok, yang kami posting merupakan salah satu tugas kelompok, dimana kelompok harus memposting konsep performa yang dikaitkan dengan teori, yang nantinya performa tersebut akan ditampilkan didepan kelas.
Beberapa hari yang lalu tepat di hari kamis pada tanggal 27 November 2014, kelompok kami telah melaksanakan performa yang telah kami tampilkan di depan dosen pengampu mata kuliah dan teman-teman yang berada di dalam kelas. Postingan selanjutnya kami akan memposting bagian evaluasi dari pelaksanaan performa. Adapun beberapa hasil evaluasi yang dapat kami berikan dalam bentuk postingan ini, semoga membuat kelompok dan teman teman seperjuangan di mata kuliah kreativitas dapat lebih belajar lagi.

PUPPET SHOW
A. TEORI
Ditinjau dari teori 4P yang dapat melandasi pengembangan kreativitas :
 1. Pribadi
Menurut Hulbeck (1945) tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Ketika kelompok diberikan tugas menampilkan performa, masing-masing individu didalam kelompok mulai berfikir performa apa yang akan ditampilkan sambil berdiskusi, dan muncullah beberapa ide performa yang berbeda-beda dari setiap individu.
2.  Press
Kreativitas agar dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu, baik dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Setiap individu didalam kelompok ingin mendapatkan nilai A pada mata kuliah kreativitas, ini merupakan dorongan dari internal setiap individu didalam kelompok. Sedangkan dorongan eksternal kami adalah kami tidak mau kalah dari kelompok yang lain, adanya rasa ingin menampilkan yang terbaik diantara yang lain, membuat sesuatu yang berbeda dan unik.  
3.  Proses
Menurut Torrance (1988) proses kreatif dan ilmiah dimulai dari kita menemukan suatu masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Disini ketika kelompok diberi tugas menampilkan performa kreativitas ini merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan oleh kelompok, dimana kelompok harus mendapatkan suatu ide untuk meyelesaikan tugas tersebut sampai dapat menampilkan performa didalam kelas.
Adapun tahap dalam memecahkan masalah tersebut dijelaskan dengan menggunakan Teori Wallas, Wallas (1926) menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap :

1. Persiapan : pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya. Dimana kami berusaha mencari solusi untuk performa apa yang akan dipakai nantinya dengan masing-masing individu berfikir dan kelompok berdiskusi dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan, ini merupakan langkah awal dalam menyelesaikan masalahnya.

2 . Inklubasi    : tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra-sadar. Dimana kelompok pada pertama diskusi belum mendapatkan ide yang menurut kelompok bagus, kemudian kelompok berhenti berdiskusi dan membicarakan hal tersebut selama beberapa minggu.

3. Iluminasi   : tahap timbulnya “insight” atau “Aha-Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru. Setelah beberapa minggu tidak membicarakan masalah performa, kemudian kelompok ketika dikelas disela-sela waktu pelajaran kreativitas berlangsung, salah satu anggota menanyakan idea apa yang akan digunakan, dan akhirnya anggota lain memberikan ide baru, dan semua anggota didalam kelompok menyetujui ide tersebut yang akan digunakan untuk penampilan performa.

3. Verifikasi   : tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. dimana kelompok disini sudah mendapatkan ide yang harus ditampilkan nantinya dikelas, setelah tampil nanti maka akan diketahui keberhasilan kelompok dari komentar-komentar dosen dan kelompok-kelompok lain yang mengikuti kelas kreativitas
     4.      Produk
Menurut tokoh Haefele (1962) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi kombinasi baru yang mempunyai makna social tetapi tidak keseluruhan produk itu harus baru. Akhirnya Kelompok telah mendapatkan produk yang akan ditampilkan yang berjudul “puppet show” walaupun puppet ini telah ada ditampilkan dibeberapa Negara, tetapi ini merupakan sesuatu yang baru bagi kelompok, karena diindonesia sendiri masih sangat jarang ditampilkan, dan kelompok belum pernah memainkannya beberapa anggota malah belum pernah melihatnya, dan juga kelompok memberikan  kombinasi-kombinasi yang baru untuk performa ini, sehingga dapat dikatakan ini adalah suatu produk yang baru.

PUPPET SHOW
B. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia hiburan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Ada banyak ide-ide kreatif yang di munculkan para tokoh-tokoh industri kreatif untuk membuat hiburan yang memiliki kualitas yang baik bagi penonton.  Karya-karya kreatif yang banyak di hasilkan oleh para tokoh sangat bervariasi, salah satunya adalah pertunjukan puppet. Puppet adalah sebuah boneka yang terbuat dari kain. Sejarah puppet berasal dari Eropa pada awal-awal kurun waktu 1900-an. Puppet juga merupakan sebuah konsep pertunjukan dari  China kuno. Puppet biasanya digunakan sebagai watak untuk sebuah pementasan. Sebuah pementasan bisa direka dari bermacam-macam puppet dan juga bisa digunakan dengan beberapa cerita. Puppet terbuat dari stokin, butang baju, benang bulu kambing, jarum kait, reben, pengesat kuali dan lain-lain lagi mengikut tingkat kreativitas dari seorang  tokoh yang memainkannya. Di Malaysia masyarakat yang paling terkenal dengan puppet adalah masyarakat di Kelantan melalui wayang kulit.
Perkembangan seni puppet di Indonesia masih sangat jarang. Pentas-pentas seni yang sering dilakukan para seniman masih sangat jarang yang menggunakan puppet sebagai instrumen utama dari sebuah pertunjukan. Dengan masih sedikitnya seni puppet yang ada di Indonesia, kami kelompok 4 tertarik untuk menampilkan sebuah performa dengan menggunakan puppet sebagai instrumennya. Kami kelompok 4 menamakan pertunjukan/performa kami dengan nama “puppet show”.

C. ALAT
1. Boneka puppet dari bahan dasar kaos kaki
2. Handphone (untuk menghidupkan musik)
3.  Pengeras suara
4. Meja (tempat pertunjukan)

D. KONSEP
1.      Kelompok kami beranggotakan lima orang, kami akan melakukan pertunjukannya secara bersama-sama dengan pembagian peran yang berbeda-beda disetiap individu.
2.       Waktu keseluruhan pertunjukan kurang lebih 20 menit.
3.      Topik Drama yang dibahas bisa bebas/khusus
4.      Performa dimulai dengan adanya sebuah narasi yang dibacakan dan adanya sebuah drama yang diperankan oleh puppet yang akan kami buat.

E. HARAPAN KELOMPOK



Kelompok berharap setelah menampilkan performa ini, kelompok bisa lebih kreatif lagi dan dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna bagi semua orang, dengan berlandaskan teori-teori yang telah dipelajari selama perkuliahan. Dan kelompok juga berharap setelah kelompok menampilkan performa yang dikonsepkan ini dosen dan teman-teman yang lain merasa terhibur dengan apa yang kami tampilkan, sehinngga kami layak mendapatkan nilai A dimatakuliah ini.

F.      Adapun beberapa proses yang kelompok lakukan dalam pengerjaan
Disini kelompok melakukan 3 kali diskusi. Diskusi pertama di lakukan untuk mencari apa performa yang akan ditampilkan pada saat kelompok maju. Pada diskusi pertama kami kebingungan dalam mencari apa yang akan ditampilkan,namun salah satu anggota kelompok memberikan suatu ide yang menarik yaitu membuat pertunjukan boneka. Kenapa kami menyetujui ide dari salah satu anggota kelompok ini karena konsep yang ia berikan sangatlah menarik dan bahan yang dicari untuk membuat boneka dan panggungya tidaklah susah dan relatif murah.
Pada diskusi yang kedua disini kami membahas tentang pengerjaan boneka, panggung pertunjukan boneka dan cerita pada pertunjukan boneka ini. Disini kami menentukan tanggal pengerjaanya yaitu tanggal 16 november 2014 dan pada hari itu kami mendapatkan cerita yang pas untuk diadaptasi pada pertunjukan terakhir. Disini kami mengambil cerita pendek yang berjudul “Eang Galau” dan mengubah sebagian jalan ceritanya dan juga menambah bagian cerita agar lebih menarik dan tidak terlalu kaku pada saat performa.
Pada diskusi yang ketiga kami membahas tentang teknis pertunjukan boneka ini yaitu siapa saja yang akan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. Dan bagaimana memainkan boneka dan aka nada yang berperan sebagai dalang yang akan bercerita.
Telah di tetapkan oleh kelompok, siapa-siapa saja yang akan berperan pada tokoh yang ada di dalam cerita. Adapun kami yang terdiri dari kelompok akan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita, diantaranya ada :
1.      Kevin diperankan oleh Reza Alfaridz
2.      Jojon diperankan oleh Kurnia Boby Safarov Hasibuan
3.      Barbie dan Orang Tua Kevin diperankan oleh Akhlak Khazimi Harahap
4.      Amelda diperankan oleh Sastri Dalila
5.      Sebagai dalang ialah Dhita Sundary Dalimunthe

G.    ALAT DAN BAHAN UNTUK MEMBUAT BACKGROUND
a.       Kardus bekas, kalo bisa yang berukuran besar (kardus kulkas atau tv)
b.      Gunting
c.       Cutter
d.      Isolasi bening
e.       Double tape
f.       Pita untuk menggantung tirai dan kain bekas untuk tirai
g.      Kertas karton warna-warni (bisa kertas kado, kertas krep)
h.      Lem
i.        Rumput taman
j.        Kain hitam

CARA MEMBUAT :
a.       Potong bagian depan kardus, seperti membuat bingkai jendela, buang bagian belakang kardus agar kita bisa masuk dan bercerita.
b.      Hias dengan kertas karton/kertas kado/cat dengan cat air bagian depan kardus (bingkai)
c.       Tempel dengan tempelan rumput taman, atau tema-tema lain sesuka hati.
d.      Pasang tirai dengan mengikat pita pada bagian samping kanan-kiri kardus 
PPanggung boneka sudah siap digunakan.
 
H.    PROSES PEMBUATAN BONEKA PUPPET
Terfikir untuk membuat boneka puppet berbahan dasar kaos kaki, agar kelompok lebih gampang untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, yang nantiny  kaos kaki akan lebih terlihat seperti manusia. Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat boneka puppet diantaranya ada :
1.      Kaos kaki sebanyak 3 pasang
2.      Kancing baju
3.      Benang sulam
4.      Jarum jahit
5.      Kain planel
6.      Salatip
Adapun cara membuat boneka puppet dari kaos kaki, awalnya kaos kaki di masukin ke dalam tangan, kemudian di paskan ke jari yang dapat membentuk wajah dan bonekanya di gerakkan oleh tangan sehingga boneka dapat bercerita sesuai jalan cerita yang telah dibuat. Pada kaos kaki akan di pasang kancing dengan cara di jahit, berguna sebagai mata, Benang sulam juga di jahit agar berguna sebagai rambut, dan kain palanel di temple berguna sebagai lidah. Akhirnya jadi deh Boneka Puppet dari bahan kaos kaki.

I.       GARIS BESAR JALAN CERITA
Disini pemeran utamanya adalah Kevin, jadi Kevin ini memiliki muka yang tak seindah nama. Kevin Aprilio tidaklah seperti Kevin Aprilio yang ada di televisi, dan akhirnya Kevin juga selalu gagal dalam menjalin percintaan. Segala usaha dan upaya juga sudah dilakukan oleh Kevin, agar cewek-cewek bisa kecantol sama Kevin, tetapi nyatanya tidak sama sekali. Sahabat Kevin juga sangat membantu usaha Kevin di dalam dunia percintaan, tetapi ujung-ujungnya usaha itu juga gagal dan tidak menarik perhatian cewek. Apa yang terjadi pada diri Kevin sekarang, membuat Kevin untuk ingin segera mengganti namanya menjadi Eang Galau.
Ada hal- hal yang membuat kami untuk bisa belajar dan bisa menampilkan hasil kreativitas ini lebih baik lagi untuk kedepannya. Sebuah contoh yang dapat kami jadikan masukan, diantaranya ada :
1.      Dari Kristin dari kelompok 1 : Dia mengatakan bahwa dalang sangat memberikan intonasi yang sangat datar, padahal ceritanya cukup menarik. Yang lebih utamanya Kristin menilai penampilan kelompok sangat baik.
2.      Kemudian ada Dinda dari kelompok 5 : Dinda mengatakan bahwa artikulasi tidak jelas, kemudian kelompok juga kurang di bagian vocal, dan dinda berharap kelompok bisa melanjutkan cerita kembali pada saat penonton sudah berhenti tertawa tujuannya agar tidak ada yang ketinggalan cerita. Tidak lupa dinda juga memberikan penilaian yang baik untuk kelompok kami.
3.      Bu dina sebagai dosen pengampu : Mengatakan agar kelompok lebih memperhatikan durasi, lebih menjelaskan garis besar cerita, ide-ide pembuatan boneka juga harus jelas, dan masalah kontribusi.
Semua masukan-masukan, kritikan dan apresiasi yang sangat besar untuk kelompok kami sangat kami terima dengan senang hati dan kami juga mengetahui bahwa semua yang kami dapat dari teman-teman dan khususnya dari dosen pengampu Bu Dina, sangat membantu kami untuk belajar lagi, untuk semangat lagi, dan lebih bisa memberikan yang terbaik lagi.

J.       TESTIMONI DARI KELOMPOK
Kami sangat berterima kasih kepada Bu Dina dan teman-teman semuanya, yang sangat memberikan banyak arti selama bisa bersama-sama mengikuti perkuliahan ini. Sangat banyak pelajaran yang kami dapatkan, khususnya di dalam mata kuliah Kreativitas ini. Mata kuliah Kreativitas ini bagi kami adalah mata kuliah yang lebih membentuk cara berfikir dan juga membentuk sikap bagaimana bertindak dengan cepat dan tepat. Mata kuliah kreativitas juga membuat seseorang menyadari kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu hasil yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Satu hal yang sangat kami dapat selama mengikuti mata kuliah ini bahwa Seseorang yang kreatif bisa mendatangkan hasil yang sangat berguna. Lewat performa yang sudah kami tampilkan ini, kami bisa lebih percaya diri bahwa kami bukan sekedar kelompok yang hidup per individu, tetapi kami bisa menyatukan fikiran secara bersama dan lebih berusaha bersama-sama untuk menampilkan yang terbaik.

DOKUMENTASI





Rabu, 12 November 2014

KOTAK ALAT TULIS RAINBOW

Selamat sore teman teman semuanya. NAMA saya Dhita Sundary Dalimunthe dengan NIM 101301009. Disini saya ingin memperlihatkan kepada teman teman semuanya mengenai hasil kreativitas yang telah saya buat. Benda ini saya buat dengan sendiri dan juga diberi nama oleh saya sendiri. Benda ini sangat bermanfaat buat saya maupun teman teman yang juga ingin membuatnya sendiri. Benda ini saya beri nama *KOTAK ALAT TULIS RAINBOW*

Saya terfikir untuk buat kotak alat tulis rainbow ini, karena saya juga butuh kotak alat tulis dikosan saya. Karena saya juga punya banyak alat dan terkadang kalau dibawa semua waktu ke kampus juga berat. Saya ingin sekali mengerjakan benda ini dengan cepat, tapi ternyata menentukan bahan dasarnya tidak mudah. Awal rencananya mau buat kotak alat tulis berbahan dasar kotak kardus bekas, tapi tidak jadi karena terlalu sering dan susah untuk dihias atau dikasih warna. Akhirnya saya pilih bahan dasar dari STIK ES KRIM. Stik es krim ini sendiripun tiba tiba terfikir sebagai bahan dasar, karena waktu saya duduk di bangku SMP, saya pernah buat kotak dari stik es krim.

Buat kotak alat tulis rainbow ini mudah kok. Kita tinggal siapkan bahan yang dibutuhkan, disertai kesabaran dan juga keterampilan agar hasilnya lebih maksimal.

Bahan bahan yang perlu disiapkan :
Stik es krim
Lem kayu
Dabeltip
Kuas
Mangkok kecik
Krayon
Boneka kecil

Cara membuat kotak alat tulis rainbow :
* Siapkan semua bahan.
* Tuang lem kayu ke dalam mangkok lalu campurkan air sedikit, kemudian aduk pakai kuas.
* Stik es krim satu persatu diberi lem bagian pinggir kemudian di gabungin (sebagai alas bawah).
* Untuk bagian atas, stik es krim yang diberi warna dibentuk menjadi kotak (dibentuk sampai setengah)
* Supaya lebih jelas berbentuk kotak, setengah lagi stik es krim di dirikan sampai berbentuk kotak.
* Setelah selesai, pilih bagian depan untuk kita taruh sebuah boneka menggunakan dabeltip, sebagai hiasan kotak.

Caranya mudah kan teman teman? Semoga hasil kreativitas saya bisa bermanfaat dan membantu teman teman yang juga ingin membuat kotak alat tulis rainbow.

Terima kasih atas perhatiannya teman teman semua :)

Hasilnya seperti ini . . . . .


Kamis, 23 Oktober 2014

KONSEP PERFORMA KREATIVITAS KELOMPOK 4

Sastri Dalila 10-002
Dhita Sundary Dalimunthe 10-009
Kurnia Boby Safarov Hasibuan 12-054
Akhlak Khazimi Harahap 12-103
Reza Al-Faridz 131301113



1

2Pada matakuliah kreativitas, difakultas Psikologi USU berbagai macam cara dilakukan dosen pengampu matakuliah ini untuk membuat mahasiswa memahami masalah keterbakatan dan kreativitas, bagaimana dapat menjadi pribadi yang lebih kreatif, atau dapat membantu orang lain untuk berfikir, bersikap, dan berprilaku kreatif. Salah satu tekhnik yang dilakukan dosen pengampu kami dalam mencapai tujuan matakuliah ini adalah dengan memberikan tugas-tugas, baik tugas individu maupun kelompok, yang kami posting kali ini merupakan salah satu tugas kelompok, dimana kelompok harus memposting konsep performa yang dikaitkan dengan teori, yang nantinya performa tersebut akan ditampilkan didepan kelas. Berikut  konsep yang dihasilkan oleh kelompok 4.

PUPPET SHOW

A. TEORI

Ditinjau dari teori 4P :

   1.      Pribadi
Menurut Hulbeck (1945) tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Ketika kelompok diberikan tugas menampilkan performa, masing-masing individu didalam kelompok mulai berfikir performa apa yang akan ditampilkan sambil berdiskusi, dan muncullah beberapa ide performa yang berbeda-beda dari setiap individu.
   2.      Press
Kreativitas agar dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu, baik dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Setiap individu didalam kelompok ingin mendapatkan nilai A pada mata kuliah kreativitas, ini merupakan dorongan dari internal setiap individu didalam kelompok. Sedangkan dorongan eksternal kami adalah kami tidak mau kalah dari kelompok yang lain, adanya rasa ingin menampilkan yang terbaik diantara yang lain, membuat sesuatu yang berbeda dan unik.  
   3.      Proses
Menurut Torrance (1988) proses kreatif dan ilmiah dimulai dari kita menemukan suatu masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Disini ketika kelompok diberi tugas menampilkan performa kreativitas ini merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan oleh kelompok, dimana kelompok harus mendapatkan suatu ide untuk meyelesaikan tugas tersebut sampai dapat menampilkan performa didalam kelas.
Adapun tahap dalam memecahkan masalah tersebut dijelaskan dengan menggunakan Teori Wallas, Wallas (1926) menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap :
Ø  Persiapan : pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya. Dimana kami berusaha mencari solusi untuk performa apa yang akan dipakai nantinya dengan masing-masing individu berfikir dan kelompok berdiskusi dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan, ini merupakan langkah awal dalam menyelesaikan masalahnya.
Ø  Inklubasi    : tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra-sadar. Dimana kelompok pada pertama diskusi belum mendapatkan ide yang menurut kelompok bagus, kemudian kelompok berhenti berdiskusi dan membicarakan hal tersebut selama beberapa minggu.
Ø  Iluminasi   : tahap timbulnya “insight” atau “Aha-Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru. Setelah beberapa minggu tidak membicarakan masalah performa, kemudian kelompok ketika dikelas disela-sela waktu pelajaran kreativitas berlangsung, salah satu anggota menanyakan idea apa yang akan digunakan, dan akhirnya anggota lain memberikan ide baru, dan semua anggota didalam kelompok menyetujui ide tersebut yang akan digunakan untuk penampilan performa.
Ø  Verifikasi   : tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. dimana kelompok disini sudah mendapatkan ide yang harus ditampilkan nantinya dikelas, setelah tampil nanti maka akan diketahui keberhasilan kelompok dari komentar-komentar dosen dan kelompok-kelompok lain yang mengikuti kelas kreativitas.
     4.      Produk
Menurut tokoh Haefele (1962) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna social tetapi tidak keseluruhan produk itu harus baru. Akhirnya Kelompok telah mendapatkan produk yang akan ditampilkan yang berjudul “puppet show” walaupun puppet ini telah ada ditampilkan dibeberapa Negara, tetapi ini merupakan sesuatu yang baru bagi kelompok, karena diindonesia sendiri masih sangat jarang ditampilkan, dan kelompok belum pernah memainkannya beberapa anggota malah belum pernah melihatnya, dan juga kelompok memberikan kombinasi-kombinasi yang baru untuk performa ini, sehingga dapat dikatakan ini adalah suatu produk yang baru.

PUPPET SHOW

B. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia hiburan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Ada banyak ide-ide kreatif yang di munculkan para tokoh-tokoh industri kreatif untuk membuat hiburan yang memiliki kualitas yang baik bagi penonton.  Karya-karya kreatif yang banyak di hasilkan oleh para tokoh sangat bervariasi, salah satunya adalah pertunjukan puppet. Puppet adalah sebuah boneka yang terbuat dari kain. Sejarah puppet berasal dari Eropa pada awal-awal kurun waktu 1900-an. Puppet juga merupakan sebuah konsep pertunjukan dari  China kuno. Puppet biasanya digunakan sebagai watak untuk sebuah pementasan. Sebuah pementasan bisa direka dari bermacam-macam puppet dan juga bisa digunakan dengan beberapa cerita. Puppet terbuat dari stokin, butang baju, benang bulu kambing, jarum kait, reben, pengesat kuali dan lain-lain lagi mengikut tingkat kreativitas dari seorang  tokoh yang memainkannya. Di Malaysia masyarakat yang paling terkenal dengan puppet adalah masyarakat di Kelantan melalui wayang kulit.
Perkembangan seni puppet di Indonesia masih sangat jarang. Pentas-pentas seni yang sering dilakukan para seniman masih sangat jarang yang menggunakan puppet sebagai instrumen utama dari sebuah pertunjukan. Dengan masih sedikitnya seni puppet yang ada di Indonesia, kami kelompok 4 tertarik untuk menampilkan sebuah performa dengan menggunakan puppet sebagai instrumennya. Kami kelompok 4 menamakan pertunjukan/performa kami dengan nama “puppet show”.

C. ALAT


ØBoneka puppet
Ø  Handphone (untuk menghidupkan musik)
Ø  Pengeras suara
Ø  Meja (tempat pertunjukan)

D. KONSEP
1. Kelompok kami beranggotakan lima orang, kami akan melakukan pertunjukannya secara bersama-sama dengan pembagian peran yang berbeda-beda disetiap individu.
2.   Waktu keseluruhan pertunjukan kurang lebih 20 menit.
3.   Topik Drama yang dibahas bisa bebas/khusus.
4. Performa dimulai dengan adanya sebuah narasi yang dibacakan dan adanya sebuah drama yang diperankan oleh puppet yang akan kami buat.

E. CONTOH 
Produk :
 puppet show  

Boneka Puppet :

    
F. HARAPAN
Kelompok berharap setelah menampilkan performa ini, kelompok bisa lebih kreatif lagi dan dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna bagi semua orang, dengan berlandaskan teori-teori yang telah dipelajari selama perkuliahan. Dan kelompok juga berharap setelah kelompok menampilkan performa yang dikonsepkan ini dosen dan teman-teman yang lain merasa terhibur dengan apa yang kami tampilkan, sehinngga kami layak mendapatkan nilai A dimatakuliah ini.


4









Selasa, 10 Desember 2013

LAPORAN OBSERVASI SMK TRITECH INFORMATIKA


BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG SEKOLAH

a.      Profil Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini bernama SMK Tritech Informatika Medan dengan nomor pokok sekolah nasional 10261412. SMK Tritech Informatika berada di Jln. Bhayangkara No. 522 CDE, Indra Kasih, Medan Tembung, Sumatera utara. Sekolah Menengah Kejuruan Tritech berstatus sekolah swasta yang ditetapkan pada tanggal 06 Agustus 2010 dengan nomor surat izin 420/10985/PPMP/09.
Penyelanggara sekolah ini adalah Yayasan Pendidikan Triadi Teknologi. Website dan email sekolah ini adalah http://www.tritech.sch.id dan smktritech@gmail.com. Telepon/ Faximile 061-6635991/ 061-6641576. Bidang keahlian SMK ini adalah teknik informasi dan komunikasi. Kompetensi keahlian SMK ini adalah TKJ, Multimedia, dan RPL.

 

b.      Sejarah Singkat Sekolah
Berawal dari niat suci Yayasan Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan. SMK Tritech Informatika berdiri diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat maka pada tanggal 20 Mei  2010 didirikanlah SMK Tritech Informatika dengan memakai konsep SMK IT Modern.
SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jl. Bhayangkara No. 522 Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman tamatan S1 dan S2 dari Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional. Pada saat ini SMK Tritech Informatika mengasuh 1000 siswa/i, dengan jumlah pendidik sebanyak 80 orang dan tahun ajaran  2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl. Bhayangkara No. 484 dengan jumlah kelas sebanyak 36 ruang. Guna pengembangan selanjutnya pada tahun 2013 akan dibuka STMIK dan PLSM, hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat dan membantu program pemerintah dalam bidang pendidikan.

c.       Visi dan Misi Sekolah

-        Visi

Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional.

-        Misi

Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta  jaringan IT. Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.

 

B.     DATA OBSERVER

Observer yang mengamati proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tritech Informatika Kelas X TKJ 2, yaitu:
a.   Nama   : Riri Amalia
                        NIM    : 101301003
b.   Nama   : Dhita Sundary
                        NIM    : 101301009
c.   Nama   : Tika Ramadhani
                        NIM    : 101301018
d.   Nama   : Indah Kartika
                        NIM    : 101301108
e.   Nama   : Efrianty Shaila (Tidak hadir dalam kegiatan kunjungan)
                        NIM    : 101301119

 

C.    KONDISI FISIK KELAS

Ukuran ruangan kelas sekitar 8 x 6 m. Di dalam kelas terdapat 26 bangku cheetos, 1 kursi guru, dan meja guru. Selain itu, terdapat kipas angin, AC, televisi, whiteboard yang dilapisi kaca, spidol, proyektor, tong sampah, dan CCTV.

D.    HASIL OBSERVASI 

Kelompok melakukan observasi di kelas X TKJ 2, pada tanggal 18 November 2013 pukul 08.15 – 09.15 WIB. Jumlah siswa di kelas X TKJ 2 ialah 26 orang, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 7 perempuan. Berdasarkan hasil observasi, media pembelajaran yang digunakan oleh guru ialah papan tulis dan spidol. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh siswa ialah buku dan pena. Guru meminta siswa untuk mencatat, kemudian mengulang dan menanyakan kembali materi yang telah di jelaskan. . Dalam proses belajar mengajar guru menggunakan kata ‘kau’ untuk memanggil siswa. 

BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN

A.    TEORI

·         Kondisi Belajar Robert Gagne

Gagne  mengungkapkan lima variasi belajar yang memenuhi kriteria, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif (Gagne, 1972, 1977a, 1985 dalam Gredler, 20110. Gagne (1977, 1985 dalam Gredler, 2011) mengidentifikasi keadaan internal dan proses yang penting dalam mencapai masing-masing tipe belajar tersebut. Keadaan itu adalah kondisi belajar internal. Akan tetapi, yang juga penting adalah situmulus dari lingkungan yang berinteraksi dengan pemrosesan internal pelajar. Dukungan lingkungan ini ialah kondisi belajar internal.

-        Komponen esensial dalam belajar dan pembelajaran

Kondisi belajar internal : Keadaan internal pelajar dan proses kognitif --> Berinteraksi dengan --> Stimuli dari lingkungan (Kegiatan instruksi) : Kondisi Belajar eksternal


Hasil Belajar : Informasi Verbal, Keterampilan Intelektual, Keterampilan Motorik, Sikap, Strategi Kognitif


Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembelajaran (kondisi belajar eksternal) berinteraksi dengan kondisi internal untuk melahirkan pencapaian tipe kapabilitas tertentu. Keadaan internal tersebut meliputi keadaan internal pelajar dan proses kognitif pelajar tersebut. Dan keadaan eksternal merupakan stimuli dari lingkungan yang mencakup kondisi belajar dan kegiatan instruksi.

·         Mengembangkan Strategi Kelas

Menurut pendekatan sistem, perancangan pelajaran di kelas adalah salah satu komponen dari proses keseluruhan yang mencakup baik itu kurikulum maupun pembelajaran.

-        Model Perancangan Sistem

Model sistem untuk merancang pembelajaran dicirikan oleh tiga ciri utama. Pertama, pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran spesifik. Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pembelajaran lain. Ketiga, uji coba, revisi material, dan pengujian lapangan atas material yang merupakan bagian integral dari proses perancangan. Dengan kata lain, model sistem menspesifikasikan tujuan, rancangan pembelajaran, dan uji coba material pada siswa, revisi pembelajaran sampai prestasi yang diharapkan tercapai.

-        Peran Media dalam Pembelajaran

Istilah “ media “ biasanya membuat kita berpikir tentang pembelajaran yang dibantu komputer, televisi pembelajaran, rekaman video, dan CD/DVD, dan sistem penyampaian mekanis lainnya. Namun, media pembelajaran juga mencakup guru, teks tertulis, dan objek riil-ringkasnya setiap sarana fisik yang mengkomunikasikan pesan pembelajaran (Gagne & Briggs, 1979; Reiser & Gagne, 1983 dalam Gredler, 2011). Model pemilihan media yang dikembangkan oleh Raiser dan Gagne (1983) mengemukakan bahwa pertama kita akan mengidentifikasi serangkaian pilihan yang tepat dan kemudian mempersempit pilihan itu menjadi satu atau dua saja. Kemudia Me-review pilihan untuk menilai kemampuan dalam menyediakan kegiatan pembelajaran. Pilihan terakhir didasarkan pada faktor praktis. Model seleksi media berguna untuk mengembangkan pemikiran seseorang tentang berbagai macam media untuk pembelajaran.

·         Komponen Pembelajaran Albert Bandura

Dalam teori kognitif-sosial, komponen ensensial dari belajar adalah model kelakukan, penguatan pada model, dan pemrosesan kognitif pemelajar terhadap pemodelan perilaku. Oleh karena itu, komponen pembelajaran adalah (a) mengidentifikasi model yang patut di kelas, (b) menentukan nilai fungsional dari perilaku dan, (c) memandu pemrosesan internal pemelajar yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya.

·         Konteks Sosial untuk Belajar Albert Bandura

Teori kognitif-sosial membahas isu belajar dalam latar naturalistik. Teori ini mendeskripsikan secara spesifik bahwa mekanisme yang digunakan individu untuk saling belajar satu sama lain selama menjalani kehidupan sehari-hari. Observasi atas berbagai model dan penguatan yang diberikan ke kawan dan orang lain merupakan hal yang sangat memengaruhi belajar.

B.     PEMBAHASAN

·         Kondisi Belajar Robert Gagne

Gagne mengemukakan bahwa kondisi internal dan proses merupakan hal yang penting untuk mencapai tipe belajar. Kondisi internal ini meliputi keadaan internal dan proses kognitif dalam diri pelajar. Namun, dalam mencapai hasil belajar kondisi internal tersebut berinteraksi dengan kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan yang meliputi kondisi belajar eksternal dan kegiatan instruksi.
Menurut kelompok, keadaan ruang kelas, fasilitas kelas, dan guru merupakan kondisi eksternal yang berpengaruh pada hasil belajar. Jika melihat ruang kelas X TKJ 2, ruangan kelas tersebut cukup nyaman dengan fasilitas yang sangat mendukung. Ruangan yang bersih ditambah lagi adanya kipas angin dan AC yang membuat suhu di dalam kelas tidak gerah. Selain itu, jumlah siswa yang berjumlah 26 membuat kelas tidak terlalu ramai dan cukup kondusif. Media pembelajaran seperti TV, proyektor juga sangat mendukung proses belajar mengajar. Jadi, menurut kelompok kondisi eksternal dari kelas X TKJ 2 yang meliputi ruangan kelas dan media pembelajaran sangat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Guru diberikan media yang cukup lengkap untuk mengajar seperti whiteboard, TV, dan juga proyektor. Selain itu, siswa juga di izinkan untuk menggunakan laptop. Namun, guru juga harus mampu memilih media apa yang digunakan untuk mengajar. Media yang ia gunakan harus sejalan dengan materi yang ingin di sampaikan. Ketika kelompok melakukan observasi, kelas X TKJ 2 sedang belajar biologi. Guru menggunakan media papan tulis dengan menggambarkan skema klasifikasi tumbuhan. Guru mengatakan bahwa sebenarnya siswa di perkenankan menggunakan laptop, hanya saja ketika materi yang disampaikan mengenai klasifikasi tersebut tidak perlu menggunakan laptop maka guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media. Dan kemudian ia meminta siswa untuk mencatat kembali apa yang telah dituliskan di papan tulis. Pemilihan media apa yang digunakan saat mengajar juga penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah waktu. Seperti yang dikatakan oleh guru tersebut bahwa waktu untuk satu les mata pelajaran sekitar 45 menit. Jadi, dengan waktu yang singkat guru harus mampu menyampaikan materi. Ketika materi yang seharusnya dijelaskan dengan rinci tetapi hanya digantikan dengan menonton film atau video mungkin hanya dapat menyajikan materi tetapi tidak ada kesempat untuk melakukan tanya jawab. Jadi, media yang dipilih oleh guru dengan hanya menggunakan media papan tulis menurut kelompok cukup tepat. Karena, setelah menjelaskan guru masih bisa melakukan tanya jawab dan memberikan soal. Jadi, menurut kelompok media papan tulis yang digunakan guru untuk mengajar biologi tersebut merupakan pilihan yang tepat.

Model perancangan sistem

Model sistem untuk merancang pembelajaran dicirikan oleh tiga ciri utama. Pertama, pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran spesifik. Tentunya, setiap guru mata pelajaran sudah menyiapkan RPP (Rancangan Program Pembelajaran), dimana di dalam RPP sudah terangkum dengan jelas standar kompetensi yang akan dicapai dan metode apa yang digunakan untuk mencapainya.  Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pembelajaran lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok, diketahui bahwa guru menggunakan media papan tulis dalam mengajar biologi. Selain itu, juga tersedia media lain seperti proyektor dan TV yang tentu mendukung dalam proses pengmbangan pembelajaran. Ketiga, uji coba, revisi material, dan pengujian lapangan atas material yang merupakan bagian integral dari proses perancangan. Guru di kelas X TKJ 2, setelah ia menjelaskan materi ia meminta siswa/I untuk menjelaskan kembali dengan memberikan pertanyaan. Dan ketika siswa/I memberikan jawaban yang kurang tepat guru juga merevisi jawaban tersebut. Kemudian, guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan, hanya saja waktunya tidak cukup sehingga guru tidak bisa memeriksa jawaban siswa/I sehingga menjadikan soal-soal tersebut sebagai tugas.

·      Komponen Pembelajaran Albert Bandura

Ada tiga komponen pembelajaran, yaitu: Pertama, mengidentifikasi model yang patut di kelas. Dalam komponen ini dikatakan bahwa baik itu guru maupun siswa dapat berfungsi sebagai model hidup untuk berbagai macam perilaku akademik maupun perilaku sosial. Di kelas X SMK Tritech Informatika dapat dilihat hasil observasi bahwa guru menggunakan kata “kau” dalam mengajar. Walaupun bagi remaja pengaruh model teman sebaya lebih besar namun guru bertanggung jawab atas kelas dan berperan penting sebagai model tanggung jawab. Sehingga, hal ini perlu diperhatikan bagi seorang guru dalam memilih kata-kata yang akan digunakan saat mengajar. Selain itu, siswa juga kurang kondusif saat belajar. Hal ini dapat menyebabkan siswa lain terganggu dalam belajar. Sehingga seorang guru harus memperhatikan hal ini juga dikarenakan seorang guru bertanggung jawab atas kelasnya.
Kedua, menentukan nilai fungsional dari perilaku. Menurut teori kogniti-sosial, seseorang memperhatikan kejadian di lingkungan yang memprediksi penguatan (Bandura, 1977). Menciptakan nilai fungsional dari perilaku sosial juga penting dalam kelas. Penguatan terhadap model teman sebaya untuk mengerjakan tugas dengan tenang, bersikap tertib saat hendak istirahat, dsb, dapat memengaruhi adopsi perilaku teman sekelas. Siswa kurang kondusif dalam belajar. Tidak semua siswa kurang kondusif dalam belajar, sehingga, guru dapat memberi penguat kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan tenang. Supaya siswa yang kurang kondusif dapat sedikit tenang setelah melihat siswa yang kondusif saat belajar diberikan penguatan.
Ketiga, memandu pemrosesan internal. Ada beberapa bagian yang termasuk kedalam membimbing pemrosesan internal pemelajar yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya. Salah satunya adalah memfasilitasi ketangguhan pemelajar. Ketangguhan diri di kelas dapat diperkuat dengan mengamati kesuksesan teman yang kompetensinya dianggap sama. Berdasarkan teori ini, tidak ada hasil observasi yang tepat berkaitan. Namun jika dilihat lagi, siswa yang kurang kondusif dapat kondusif jika ia mengamati kesuksesan temannya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya seorang guru memberikan penguatan kepada siswa yang kondusif. Dengan begitu siswa yang kurang kondusif bisa melihat kesusksesan siswa lain dalam belajar.

·         Konteks Sosial untuk Belajar Albert Bandura

Observasi yang dilakukan siswa dapat memengaruhi belajar. Saat siswa yang kurang kondusif tetap dibiarkan saja mereka berisik maka siswa lain yang mengamati bisa ikut berisik juga. Apalagi guru tidak merespon siswa-siswa yang berisik tersebut. Bisa saja membuat siswa lain merasa berisik bukanlah masalah. Sehingga siswa yang kurang kondusif bertambah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

·         Kesimpulan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bernama SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan dan Multimedia. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bernama SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan Multimedia. SMK Ttitech Informatika juga telah memiliki visi dan misi yang sudah mulai dikembangkan lebih baik lagi. Bahan pembelajaran yang digunakan khususnya SMK Tritech dilihat dari banyaknya bahan pembelajaran yang dapat membantu siswanya mengenal akan dunia sosial yang menjadi pusat perhatian dunia sekarang ini. Fasilitas di setiap ruangan yang ada di sekolah ini memiliki tujuan sebagai media belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar. Fasilitas yang digunakan juga dapat membantu siswa dan siswi untuk memahami kemajuan tekhnologi yang sedang berkembang di masa sekarang. Konteks sosial yang ada pada lingkungan sekolah baik karena adanya kerja sama antara pengajar dan pelajar dalam mencapai tujuan sekolah sehingga tidak adanya jarak antara guru dan siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar. Perlunya kerja sama juga menimbulkan tanggung jawab bersama untuk menjadikan Suasana dalam proses belajar menjadi efektif dan berjalan sebagaimana mestinya.

·         Saran

1.      Sebaiknya fasilitas yang sudah ada difungsikan dengan baik lagi.
2.      Sebaiknya pengajar memperhatikan interaksinya terhadap pelajar agar terjalin komunikasi yang baik.
3.      Design kelas harus lebih diperhatikan agar terlihat jelas dan tidak sempit.
4.      Pengajar dapat mengkontrol suasana kelas agar tetap tenang ketika saat proses belajar sedang berlangsung.
5.      perlunya buku tambahan yang digunakan untuk proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta : Kencana

Profil SMK Tritech Informatika. http://www.tritech.sch.id/index.php, diakses 30 November 2013.

 

LAMPIRAN