Micro Teaching(revisi)
KELOMPOK 7
TEMA: English For Fun
OBSERVASI
Observasi pertama dilakukan pada
tanggal 15 April 2012. Kelompok mencoba sensasi baru dengan mengumpulkan
anak – anak berumur sekitar 6 – 10 tahun di rumah terdekat lalu
kelompok mengunjungi salah satu rumah murid untuk melihat dan mencari
tahu kesulitan – kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah.
Berdasarkan hasil observasi kelompok mengetahui bahwa kesulitan
pelajaran yang mereka hadapi di sekolah adalah pelajaran bahasa inggris,
matematika dan kewarganegaraan. Dari ketiga pelajaran tersebut, yang
menjadi masalah utama adalah bahasa Inggris, sedangkan pelajaran lainnya
hanya ditemui pada beberapa murid. Kelompok memutuskan untuk
mengajarkan bahasa inggris pada mereka dikunjungan pertama untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman mereka dikarenakan kelompok melihat
mereka cukup lemah dalam berbahasa inggris. Dan kelompok merasa penting
bahwa mereka perlu mengetahui lebih baik dalam berbahasa inggris dengan
bahasa inggris yang sudah menjadi bahasa internasional akan memudahkan
mereka dalam proses pembelajaran. Kelompok melakukan kunjungan kedua
pada hari Sabtu, 21 April 2012 dengan tujuan untuk melihat sejauh mana
perkembangan mereka.
PERENCANAAN
Konsep micro teaching
1. Landasan Teori
Mulai abad 21, proses pembelajaran
dengan konsep micro teaching sudah sangat populer di dunia pendidikan,
tetapi kebanyakan para pendidik kurang memahami makna pendidikan. Mereka
selama ini hanya sebatas melakukan tugas mereka sebagai pengajar dan
melupakan tugas utama mereka sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk
itulah, perlu diluruskan kembali makna dari proses pendidikan. Oleh
karena itu, kami berusaha memahami konsep micro teaching melalui teori
guru yang baik, seni dan ilmu mengajar serta paedagogi praktis. Seperti
yang diketahui, paedagogi praktis tidak hanya mengetahui apa yang
dituliskan di teori tapi dengan mengaplikasikannya dengan melaksanakan
micro teaching ini. Bagi pendidik, paedagogi praktis tidak hanya
berbicara mengenai seni mengajar melainkan juga mendorong banyak
pendidik untuk mendesain ulang pemahaman akan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Pendidik harus
mempertimbangkan pemberdayaan siswa sebagai penyambung generasi masa
depan. Dengan adanya pedagogi praktis,maka konsep pedagogi yang abstrak
bisa menjelma menjadi pedagogi yang konkrit yang artinya tidak hanya
sekedar dipahami tetapi juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Bagi
peserta didik,mereka menjadi mampu memahami pedagogi yang konkrit ini
dengan bimbingan guru yang baik.
Adapun ciri-ciri guru yang baik itu antara lain:
- Memiliki kesadaran akan tujuan
- Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
- Mentoleransi ambiguitas
- Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
- Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
- Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
- Belajar dari berbagai model
- Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri.
Untuk menjadi guru yang baik maka pendidik seharusnya memilik beberapa kualitas seperti berikut:
- Confidence
- Patience
- True compassion for their students
- Understanding
- The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
- Dedication to excellence
- Unwavering support
- Willingness to help student achieve
- Pride in student’s accomplishments
- Passion for life
Apabila seorang guru sudah memilik
beberapa ciri-ciri di atas,seorang guru tidak dituntut untuk hanya bisa
memiliki pengetahuan teoritis yang tinggi. Tetapi seorang guru juga
harus memiliki seni dalam ilmu mengajar. Maksudnya pendidik mampu
memahamkan teori kepada peserta didiknya dengan cara yang unik dan
menyenangkan. Interaksi yang terjadi diantara peserta didik dan pendidik
tidak monoton. Maksudnya dalam proses pendidikan tidak hanya berasal
dari guru saja tetapi bisa di dapat dari banyak cara. Dalam proses
belajar-mengajar seorang guru tidak hanya ‘asik’ sendiri dalam proses
pembelajaran. Tetapi mengajak siswanya untuk ikut berpikir. Selain itu,
dalam proses micro teaching seorang guru yang sudah memenuhi ciri-ciri
di atas, maka dalam hal meningkatkan motivasi peserta didik, pendidik
dapat memberikan reward, baik berupa hadiah maupun pujian. Pendidik
senantiasa tersenyum walaupun peserta didik membuat kesalahan agar
mereka tidak merasa diremehkan.
2. Tujuan
- Mengenalkan Bahasa Inggris melalui lisan
- Mempermudah dalam mempelajari bahasa Inggris
- Berusaha meningkatkan motivasi dan semangat belajar
3. Manfaat
Peserta didik
- Mampu berbahasa Inggris yang baik dan benar
- Mengerti bahwa belajar itu menyenangkan
- Lebih termotivasi untuk belajar
Kelompok
- Untuk dapat memiliki pengalaman mengajar langsung dan dapat mempraktekkan apa yang telah kelompok pelajari selama perkuliahan sehingga kelompok menjadi lebih bisa mengerti bagaimana menjadi guru yang baik dan bagaimana cara mengontrol peserta didik yang akan diajari.
4. Lokasi
Jl. Dr. Mansyur, Gang Sipirok No. 8C
5. Waktu
Minggu, 15 April 2012 pukul 15.00 – 18.00
Sabtu, 21 April 2012 pukul 12.05 – 15.00
6. Jadwal Kegiatan
14 April 2012: Perencanaan Konsep Micro Teaching
15 April 2012:
- 15.00 – 15.20 perkenalan
- 15.20 – 17.50 micro teaching
- 17.50 – 18.00 penutupan
21 April 2012:
- 12.10 – 12.20 perkenalan
- 12.20 – 14.45 micro teaching
- 14.45 – 15.00 penutupan
23 April 2012 - 29 April 2012: Pelaporan hasil kegiatan dan mengedit video
30 April 2012: Posting hasil kegiatan, evaluasi, dan video
7. Perlengkapan
- Handphone
- Kamera
- Alat tulis
8. Perincian Biaya
- Ongkos : 6000 x 7 = 42.000
- Reward : 5000 x 4 = 20.000
- Jumlah = Rp 62.000,00
PELAKSANAAN
Pelaksanaan micro teaching
kelompok kami sesuai dengan perencanaan yang telah kami rencanakan. Kami
melakukan kegiatan micro teaching di salah satu rumah di Jalan Dr.
Mansyur Gg. Sipirok no.8c dengan mengumpulkan anak-anak berumur sekitar
6-10 tahun (kelas I, IV, V SD). Kunjungan pertama kami laksanakan pada
hari Minggu,15 April 2012. Setiba di lokasi kami memulai pembicaraan
dengan orangtua murid dan murid untuk membangun rapport. Setelah rapport
mulai terbentuk dan anak sudah mulai bisa untuk menerima kami, kami pun
langsung memulai proses mengajar. Awalnya kami mengajar murid satu per
satu yang terdiri dari Ferdy, Ata, dan Nila serta membantu mereka
memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka di
sekolah. Keempat orang teman kami (Weillon, Steven, Eva, dan Fauzi)
melihat dan mencari tahu kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di
sekolah sambil mengajari mereka. Kami menemukan bahwa mereka mengalami
kesulitan pada pelajaran bahasa Inggris, Kewarganegaraan, dan
Matematika. Akan tetapi, pelajaran yang paling tersulit untuk mereka
bertiga adalah bahasa Inggris. Oleh karena itu, kelompok langsung
mengajarkan bagaimana berbahasa inggris yang baik kepada mereka. Setelah
kunjungan pertama yang kelompok lakukan pada tanggal 15 April 2012,
kami terpikir untuk berkunjung kembali untuk memastikan apa yang telah
kami ajarkan. Jadi sekali lagi tanggal 21 April 2012, kelompok melakukan
kunjungan kedua dengan tujuan untuk melihat perkembangan mereka
terhadap pelajaran bahasa Inggris mereka.
Kunjungan kedua kami laksanakan
pada hari Sabtu, 21 April 2012. Kami memulai perjalanan dari kampus ke
lokasi pada jam 12 siang dan tiba di sana sekitar jam 12.10. Setiba di
lokasi kami menyapa dengan menyebut nama mereka dan mereka bersemangat
menyambut kedatangan kami dengan menggunakan bahasa Inggris. Kami merasa
senang tentunya, namun kami tetap membantu mereka meluruskan
pronunciation yang masih kurang tepat. Pada kunjungan kedua ini,
kelompok bermaksud untuk melihat perkembangan berbahasa mereka setelah
kunjugan pertama kelompok tentang bagaimana berbahasa yang baik dan
mengajarkan kembali kepada ketiga peserta didik tersebut (Ferdi, Ata,
dan Nila) untuk berbicara dalam Bahasa Inggris (conversation). Kami
mengajarkan mereka tentang bagaimana untuk memperkenalkan diri dalam
bahasa Inggris. Ketiga orang teman kami yaitu Weillun, Steven, dan Putri
membimbing mereka dengan penuh kesabaran. Dimulai dengan kata “Hi”
untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada mereka arti dari kata
tersebut. Lalu berlanjut dengan mengucapkan salam yaitu “Good Afternoon”
sambil tetap menjelaskan arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut lagi
dengan alamat rumah, nama sekolah, kelas, cita-cita dan diakhiri dengan
sapaan untuk mengakhiri pembicaraan. Dalam mengajarkan conversation ini,
tiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara dan bila
mereka berhasil mengucapkannya dengan benar kami akan bertepuk tangan
dan tersenyum manis. Akan tetapi, bagi yang pengucapannya belum benar,
kami tidak menghukum melainkan mengajarkan kembali kepada mereka
bagaimana pengucapan yang benar hingga akhirnya mereka bisa
mengucapkannya dengan benar.
Setelah selesai mengajarkan
conversation tentang perkenalan diri, kami melanjutkan dengan belajar
menyebutkan anggota tubuh dalam bahasa Inggris. Disini kami menunjuk
salah satu bagian anggota tubuh dan mengatakan pada mereka nama anggota
tubuh tersebut dalam bahasa Inggris dan meminta mereka untuk
mengulangnya dengan tujuan supaya mereka dapat lebih mengingat nama
tersebut. Misalnya Putri menunjuk hidung dan mengatakan “nose”, lalu
menanyakan kembali kepada adik-adik tersebut sambil menunjuk hidung “ini
apa adik-adik?” Lalu mereka menjawab “nose” dan begitu seterusnya.
Dalam mengajarkan hal ini tentu saja kesabaran dibutuhkan karena
kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda. Disamping itu untuk
menghindari kebosanan selama proses micro teaching ini, kami mengadakan
kuis kecil-kecilan yang memberikan reward bagi yang berhasil menjawab
apa yang ditanyakan. Namun ketika mereka tidak berhasil menjawab dengan
benar, mereka tetap diberi hadiah sambil diberitahukan jawaban yang
benar. Di akhir sesi, senyuman terpancar dalam wajah mereka dan mereka
berterima kasih kepada kami.
Kelompok merasa apa yang telah
kami terapkan memang terbukti sesuai dengan teori, murid senang dengan
guru yang bisa mengingat namanya, murid senang dengan guru yang murah
senyum, baik, sabar dan tidak mudah marah dan membentak. Kunjugan kedua
ini memberikan hasil yang cukup memuaskan, ketiga peserta didik bisa
berbahasa Inggris dengan pronunciation yang baik. Oleh karena itu, bisa
dilihat bahwa selama proses kegiatan micro teaching ini kami sebagai
guru yang baik memiliki beberapa kualitas yaitu percaya diri yang
ditunjukkan selama proses pengajaran, kesabaran, pemahaman, mendukung
mereka sepenuhnya, dan memiliki kemauan untuk membantu mereka mencapai
keberhasilan.
LAPORAN KEGIATAN
Dari mulai perencanaan dengan
berdiskusi tentang konsep micro teaching kelompok, subjek yang menjadi
target, dan landasan teori yang menjadi bukti empirik, hingga pada
pelaksanaan yang cukup memuaskan menurut kelompok. Menurut kelompok,
tanpa perencanaan yang matang serta anggota kelompok yang berkomitmen
untuk menyelesaikannya, kelompok merasa ini pasti tidak akan selesai
sesuai perencanaan yang sudah meliputi konsep, landasan teori, dan
subjek paedagogi apabila ada satu saja kelompok yang tidak bertanggung
jawab dan berkomitmen.
Dalam proses pelaksanaan, yang
dimulai dari tahap observasi (perkenalan diri dengan subjek paedagogi
kelompok) kelompok memulainya dengan “senyuman” dan “friendly approach”
serta sering menyebutkan nama mereka saat proses micro teaching
berlangsung dengan harapan bisa menimbulkan interaksi antara peserta
didik dan pendidik. Obrolan singkat dengan peserta didik membuat kami
mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga kelompok memutuskan untuk
menyusun strategi apa yang sesuai dengan peserta didik demikian.
Kelompok menggunakan konsep guru yang baik dimana sudah kelompok
cantumkan dalam landasan teori. Sesuai dengan landasan teori kelompok
sehingga kelompok mengaplikasikannya ke dalam micro teaching kali ini.
Beberapa dari ciri-ciri guru yang baik, yang sudah berhasil kelompok terapkan dalam kegiatan micro teaching ini, yaitu
1. Memiliki kesadaran akan tujuan
Dalam kegiatan micro teaching ini
kelompok sadar akan tujuan yang dimiliki. Tujuannya adalah dapat
menambah pengetahuan mereka mengenai bahasa Inggris dan memudahkan
mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga dapat bermanfaat untuk ke
depannya.
2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Seperti yang kita ketahui bahwa
bahasa Inggris sudah menjadi bahasa Internasional, maka kami sangat
berharap dengan pelajaran yang kami ajarkan ini dapat bermanfaat untuk
keberhasilan mereka dalam mencapai cita-cita.
3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Kelompok berkomitmen untuk
mengajar dengan baik dan mengeluarkan kemampuan sepenuhnya untuk
mengajar mereka sesuai dengan kemampuan yang dimiliki semksimal dan
seoptimal mungkin.
4. Menikmati pekerjaan dan siswa
Kelompok sangat enjoy dalam
membawakan materi bahasa Inggris kepada mereka. Kelompok menikmati
proses dan juga interaksi yang terjadi diantara pendidik dengan mereka
semua. Walaupun cukup susah dalam mengajarkan materi tersebut kepada
mereka, tapi pendidik terus berusaha untuk memahamkan materi tersebut
kepada mereka. Hal tersebut karena pendidik sangat menikmati tugas
mengajar tersebut dan tidak lupa dicerminkan dalam bentuk perilaku
sehingga mereka merasakan kesungguhan pendidik dalam proses belajar
mengajar.
Hasil Pelaksanaan
Hasilnya adalah ketika diuji pada
saat setelah pendidik selesai menjalankan tugasnya, dibentuklah sebuah
kuis untuk menguji mereka dengan cara yang menyenangkan dan asik, yaitu
dengan memberikan reward bagi yang berhasil maupun yang tidak berhasil
menjawabnya dimana yang berhasil mendapat lebih banyak daripada yang
tidak berhasil.
Namun yang menjadi pusat perhatian
kelompok, bukanlah seberapa banyak hadiah yang dapat mereka terima,
tetapi proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan bagi mereka
sehingga memahami materi yang pendidik sampaikan dengan perasaan
senang. Dan alhasil, pendidik berhasil membuat suasana belajar yang
menyenangkan, mereka tidak hanya mampu menjawab dengan berani, tetapi
terlihat senyuman rasa senang dan percaya diri yang tersirat dalam wajah
dan mata mereka dimana pada awalnya kelompok tidak melihatnya. Ternyata
bila mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, orang lain yang
menjadi objek perilaku dapat merasakan pengaruhnya.
Pendidik dalam kelompok kami yang
dengan sabar mengajarkan materi pada mereka, menetapkan tujuan dari awal
sebelum memberikan materi untuk dipelajari pendidik, selalu memberikan
harapan pada peserta didiknya, berusaha meningkatkan motivasi, tidak
merendahkan kemampuan mereka, berusaha mengerti apa yang sebenarnya yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik. Di usia mereka yang
tergolong “children” dimana anak – anak pada usia ini sudah bisa
mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri, dalam hal ini melihat
apakah mereka bisa mengembangkan sifat “autonomy” ataukah “shame and
doubt”. Pendidik melihat apapun yang dapat diselesaikan peserta didik
selalu dihargai dengan benar dan tepat. Jadi jika mereka memang “benar”
maka mendapat pujian yang pantas, namun jika mereka “salah” atau “kurang
tepat” mereka tidak dibentak atau dikatain, tetapi tetap mendapat
pujian bahwa mereka hampir benar tinggal sedikit lagi. Dengan melakukan
ini, kelompok berharap bisa mengembangkan sifat “autonomy” dalam diri
daripada “shame and doubt”. Tidak lupa seiring dengan keberhasilan
ataupun ketidakberhasilan mereka, pendidik tetap memberikan yang terbaik
buat peserta didiknya.
Dengan menerapkan itu semua,
kelompok bisa membangkitkan semangat belajar mereka dimana terbukti
dalam kunjungan kedua kelompok, peserta didiknya menjadi sedikit rajin
dan mulai terlihat percaya diri mulai menunjukkan rasa ingin tahu mereka
dimana pada saat kunjungan pertama mereka tidak memberikan pertanyaan
sebelum ditanyaain. Ada perbedaan kunjungan pertama dengan kunjungan
kedua walupun tidak terlalu signifikan, tetapi tetap terjadi perubahan,
dan tentunya ke arah yang lebih baik, kelompok berharap pendidik pada
abad 21 ini lebih memerhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan
peserta didik, selalu melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu
memberikan dukungan untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai
dengan potensi atau bakat yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan
peserta didiknya. “Children” bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun
usiannya yang masih muda. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam
memberikan didikan kepada peserta didik agar mereka tahu bahwa kita
memberikan yang terbaik untuk diri mereka, karena memang seperti
beginilah seharusnya tugas dan tanggung jawab seorang pendidik.
Evaluasi
Pada saat perencanaan, kami
sekelompok merasa seperti dikejar deadline karena belum mempersiapkan
konsep sama sekali sampai pada tanggal 14 April 2012 sehingga
perencanaan kurang matang dan kelompok kurang siap dalam memulai micro
teaching di pertemuan pertama. Akibat perencanaan yang kurang matang
tersebut, kami agak kewalahan ketika melakukan micro teaching di
pertemuan pertama, seperti tidak mempersiapkan reward dan lain-lain. Di
pertemuan kedua, kami juga mengalami sedikit kendala, dimana awalnya
kelompok merencanakan mengajari 4 orang anak, namun ternyata yang
bersedia mengikuti hanya 3 orang. Ditambah lagi, salah satu dari peserta
didik kelompok masih terlalu muda untuk mengikuti materi yang sudah
dipersiapkan oleh kelompok, sehingga kelompok harus berimprovisasi dalam
memberikan materi. Ternyata improvisasi kami membuahkan hasil,
anak-anak tambah semangat dan termotivasi dalam belajar bahasa Inggris.
Awalnya kami berpikir bahwa anak-anak yang menjadi subjek kelompok
sedikit lemah, namun ternyata mereka lumayan cepat tangkap. Hal tersebut
memungkinkan bagi mereka untuk bisa berbahasa dengan baik dan benar.
Ditambah lagi, mereka sangat patuh, aktif dan kooperatif sehingga
kendala mengenai subjek kelompok dapat teratasi dengan baik.
Selain mengenai peserta didik,
kendala yang dihadapi kelompok juga berupa peralatan yang digunakan dan
masalah yang berasal dari anggota kelompok sendiri. Anggota kelompok
yang sangat sibuk dengan urusan masing-masing membuat beberapa anggota
kelompok tidak bisa hadir dalam micro teaching tersebut, sehingga kami
harus memberikan tugas yang lebih banyak pada anggota yang hadir. Kamera
yang digunakan juga tidak berkualitas bagus, sehingga dokumentasi audio
visual yang kita dapatkan tidak terlalu sempurna dan hal ini
mengakibatkan video editan kami tidak terlalu bagus.
Harapan kelompok
Harapan kelompok adalah bahwa
pendidik pada abad 21 ini lebih memerhatikan apa yang diinginkandan
dibutuhkan peserta didik, selalu melihat sudut pandang peserta didiknya
dan selalu memberikan dukungan untuk peserta didiknya untuk berkembang
sesuai dengan potensi atau bakat yang dimiliknya dengan tidak
menjatuhkan peserta didiknya. “Children” bisa melihat “kesungguhan” kita
walaupun usiannya yang masih muda. Oleh karena itu,
bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada peserta didik agar
mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk diri mereka,
karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan tanggung jawab
seorang pendidik.
Testimoni
Tugas pedagogi ini sangat membutuhkan persiapan mental yang baik. untuk mencoba menjadi guru yang baik untuk para anak didikan. konsep micro teaching harus dilaksanakan semampu mungkin untuk menghasilkan sebuah hasil yang baik dan sesuai dengan yang diinginkan. kami berharap adik-adik sedikit atau banyaknya terbantu dengan micro teaching ini. Dengan tugas pedagogi ini dapat menambah wawasan untuk tetap percaya diri dan terus mengembangkan ilmu pendidikan.
Tugas pedagogi ini sangat membutuhkan persiapan mental yang baik. untuk mencoba menjadi guru yang baik untuk para anak didikan. konsep micro teaching harus dilaksanakan semampu mungkin untuk menghasilkan sebuah hasil yang baik dan sesuai dengan yang diinginkan. kami berharap adik-adik sedikit atau banyaknya terbantu dengan micro teaching ini. Dengan tugas pedagogi ini dapat menambah wawasan untuk tetap percaya diri dan terus mengembangkan ilmu pendidikan.
Dokumentasi
Tema yang diambil kelompok sangat bagus dan sangat berguna untuk jangka panjang di luar sekolah nantinya bagi para murid. Karena tujuan dari mengajar juga bukan hanya sekedar transfer ilmu tapi juga memberikan suatu bekal yang berguna bagi kehidupan anak. Kelompok mengajar anak yang memiliki umur dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, mengapa demikian? Dan bagaimana cara kelompok untuk mengatasi perbedaan tersebut dalam mengajar?
BalasHapusterima kasih nadia :)
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan nadia , kelompok memang memilih untuk mengumpulkan anak-anak. dan dapatnya memang dengan anak usia 6-10 thn. awalnya kami ingin mencari tahu kepada adik-adik mengenai masalah mengenai mata kuliah yg sulit bagi mereka. ternyata hasilnya mereka lebih sulit dalam mata kuliah bhsa inggris. disini kami hanya mengajarkan anak untuk berconversation jadi tidak ada kendala untuk mengatasi perbedaan usia pada anak-anak tersebut. karena yang di ajarkan juga sama ,seperti perkenalan, nama tubuh dll..
dita, jumlah responden kelompok mikroteaching ini ada 3 orang ya, apakah mereka merasa nyaman dengan kelompok dita yang jumlahnya lebih banyak dari mereka ?
BalasHapusiya, mereka merasa nyaman karena kelihatan dari mereka yang masih mau belajar tapi ga ditanya juga satu2 apa anak-anak benerr mrsa nyaman atau enggak? intinya berusaha mereka merasa leluasa dalam belajar. terima kasih yoseva :)
BalasHapusdita..
BalasHapusanak-anak itu memang sebelumnya telah membuat suatu kelompok belajar atau kalian yang mengumpulkan beberapa anak dan menjadikan kelompok belajar pada hari itu saja?
apakah ada kendala nya ketika mengajar anak-anak yang tidak pernah belajar bersama sebelumnya?
terima kasih ocha sdh mau komen hehe, dyta akan menjawab pertanyaan ocha. anak-anak sebelumnya tidak pernah membuat suatu kelompok belajar jadi kelompok dyta itu punya ide untuk mengumpulkan mereka bersama untu belajar bersama. Kendalanya kalau masalah ketika belajar saat berinteraksi dengan sesama temannya tidak ada karena mereka tetanggaan. mungkin dengan kami sedikit canggung karena baru kenal tetapi walaupun begitu mereka tetap semangat untuk belajar :)
BalasHapustema kelompok bagus, english for fun
BalasHapuskarena b. ing memang perlu dipelajari sejak dini. karena emang pada kenyataannya hal itu sangat di perlukan.
nah, dengan jumlah anak 3 orang , apa kelompok tidak mengalami kesulitan dalam membangun motivasi mereka untuk mendengarkan apa yang kelompok sampaikan ?